Pola Dalam Mendidik Anak
Malam itu penulis sholat tarawih disebuah mesjid yang ada di Kota
Payakumbuh, seperti biasa selesai melaksanakan sholat isya berjama’ah, disaat
semuanya juga telah selesai melaksanakan sholat sunnah ba’diyah. Acara
dilanjutkan dengan pengajian Ramadhan. Penulis juga kurang tahu siapakah
gerangan nama ustad penceramah malam itu, karena memang tidak diawali sepatah
kata dari pembawa acara, namun langsung masuk ke acara inti yaitu pengajian
ramadhan.
Acarapun dimulai,
salam pun telah selesai diucapkan sang ustadz,tema yang menarik menurut hemat
penulis, yang dibahas pada malam itu, yaitu cara Rasulullah mendidik anak.
Kita menyadari anak
sebetulnya merupakan aset yang sangat berharga dalam kehidupan, bagaimana
tidak, coba direnungkan, dikala masih sendiri, rindu ingin merasakan berdua,
setelah ada ikatan yang sah, dalam mahligai rumah tangga, rindu ingin memiliki
keturunan. Setelah dikasih keturunan, sangat menginginkan kelak nanti menjadi
anak yang berhasil. Begitu besar cita – cita seorang orang tua akan anaknya.
Cita – cita yang
besar, akan terwujud apabila juga disertai dengan pengorbanan yang besar,
kesungguh – sungguhan yang besar, karena akan mustahil lah rasanya cita – cita
besar akan terwujud, sedangkan perjuangan hanya biasa – biasa saja.
Contoh tauladan
dari Rasulullah SAW, Suatu ketika Rasulullah SAW keluar dari kamarnya di
Madinah, kemudian Rasulullah SAW menuju ke Masjid. Setelah sampai di mesjid,
Rasulullah SAW menjumpai dua kelompok sahabat – sahabat nya yang sedang
melaksanakan aktifitas yang berbeda. Kelompok yang pertama dijumpai oleh
Rasulullah SAW ada yang sedang membaca Alqur’an, ada yang sedang melaksanakan
sholat sunnah, ada pula yang sedang berzikir.
Sedangkan kelompok
kedua Rasulullah SAW menyaksikan para sahabatnya sedang asyik berdiskusi, tanya
jawab, dalam membahas sebuah topik yang diperbincangkan.
Dari dua aktifitas
yang berbeda dilakukan oleh para sahabatNya, Rasulullah SAW bergabung dengan kelompok yang kedua, yaitu
kelompok para sahabat yang sedang asyik berdiskusi.Membaur dengan para
sahabatnya, sehingga tersa kedekatan antara Rasulullah SAW, dengan para sahabat
– sahabatnya.
Perilaku atau
tauladan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW :
1.
Membaur
langsung dengan Audiensnya ( Hadir dalam Kehidupan Anak )
Contoh tauladan
ini, kalau diperumpamakan dengan kedekatan antara orang tua dengan anak,
hadirkan selalu waktu untuk membaur dengan anak, kenapa demikian ? dengan
adanya kita membaur dengan anak, sehingga kedekatan dengan anak semakin erat,
sehingga anakpun merasakan kenyamanan, dan juga merasakan bahwa kita selaku
orang tua ada selalu buat mereka. Disinilah awal kedekatan yang dirasakan oleh
anak, sehingga mereka memang sangat mengharapkan kehadiran orang tuanya, karena
orang tuanyalah yang selalu hadir disetiap mereka membutuhkan.
2.
Menjadi
Tauladan bagi Anak
Disisi lain
Rasulullah SAW juga mencontohkan, komunikasi yang paling efektif itu apabila
suatu instruksi langsung disertai dengan tauladan ( mencontohkan langsung ).
Syair arab mengatakan “suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang didepan
seribu orang, jauh lebih berarti dari pada nasehat yang diberikan oleh seribu
orang kepada satu orang”maksudnya. Dalam mendidik anak, usahakan tidak
hanya sebatas nasehat atau taujih saja. Akan tetapi alangkah lebih bagusnya,
nasehat atau instruksi tersebut langsung disertai dengan tauladan. Sebelum anak
diperintahkan, kita orang tua yang terlebih dahulu menjalankannya.
Waktu
Rasulullah SAW bersama para sahabatnya, akan melaksanakan ibadah haji, akan
memasuki ota Makkah, rombongan Rasulullah SAW dihalangi oleh pasukan Quraiy,
sampai Rasulullah SAW bersama rombongan tidak dizinkan waktu itu untuk
melaksanakan ibadah haji. Padahal Rasulullah SAW beserta rombongan sudah
memakai pakaian Ihram, serta juga telah membawa binatang yang akan disembelih
nantinya pada waktu haji.
Melihat
kejadian tersebut para sahabat pun geram melihat perlakuan Quraisy yang
menghalangi umat Islam untuk melaksanakan haji. Namun Rasulullah SAW bijak
dalam mengambil keputusan, supaya tidak terjadi pertumpahan darah, Rasulullah
lebih memilih untuk kembali, sehingga tidak jadi pada waktu itu melaksanakan
haji.
Tiba disuatu
tempat Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat, binatang yang dibawah
untuk pelaksanaan haji ini agar disembelih. Diberikan instruksi oleh Rasulullah
SAW, “ Wahai para sahabatku, sembelih binatang yang telah kita bawah ini”
namun sahabat hanya diam saja, tidak melaksanakan perintah Rasulullah SAW,
karena hati mereka masih berkecamuk, karena kejadian Quraisy yang menghalangi
mereka untuk melaksanakan ibadah haji.
Karena sudah
berulang kali Rasulullah SAW memberikan instruksi, namun tetap saja para
sahabat nya ini diam, tidak melaksanakannya. Akhirnya Rasulullah SAW
menyembelih sendiri binatang bawaannya, ternyata menyaksikan rasulullah
menyembelih binatang yang dibawanya, para sahabat yang lain pun ikut
menyembelih binantang yang mereka bawa.
Jadi pelajaran
yang dapat kita ambil, dalam mendidik anak, akan lebih berkesan bagi anak, jika
apa yang kita inginkan dari anak, kita sebagai orang tualah terlebih dahulu
melaksanakannya. Karena tiada berarti sebuah instruksi yang hanya sekedar kata
– kata saja, tanpa diikuti sebuah aplikasi atau tauldan terhadap sesuatu
tersebut.
3.
Berdialog
dengan Anak
Banyak anak,
beragam juga perangainya, itulah seni dalam mendidik anak, karena dengan
bermacam perangai yang diperbuat, disitu pula kita sebagai orang tua
mendapatkan pengalaman baru dalam menyelesaikan polemik tersebut.
Ada seorang
pemuda datang kepada Rasulullah SAW, lalu pemuda itu berkata : Ya Rasulullah,
beri izin saya untuk berzina. Mendengar permintaan yang nyeleneh tersebut
membuat sebahagian sahabat Rasulullah SAW yang ada pada waktu itu heran dengan
perilaku pemuda ini. Namun Rasulullah SAW memilih berdialog atau berdiskusi
dengan pemuda tersebut. Untuk menjawab pertanyaan pemuda ini, Rasulullah SAW
mengajukan beberapa pertanyaan :
a.
Maukah
kamu seorang saudari perempuanmu dizinahi ? pemuda ini menjawab tidak ya
Rasulullah
b.
Maukah
Ibu mu dizinahi oleh orang lain ? dijawab Tentu tidak ya Rasulullah
c.
Maukah
kamu bibimu dizinahi ? pemuda itu menjawab tentu tidak ya Rasulullah.
Kemudian Rasulullah SAW memberikan nasehat kepada pemuda tersebut,
apa yang kamu rasakan, begitu juga yang dirasakan oleh orang lain, tidak ada
orang yang menyukai seandainya ada dari saudarinya, kerabatnya, yang dizinahi
oleh orang lain, jika memang tidak ada ikatan yang sah, yaitu pernikahan.
Mendengarkan hal tersebut, pemuda tadi memohon ampun kepada Allah SWT, dan
mengurungkan niatnya, dan juga bermohon kepada Rasulullah SAW, agar
mendo’akannya supaya tidak terjerumus kedalam perbuata tersebut.
Pelajaran atau
hikmah yang dapat kita ambil, dalam mendidik anak – anak kita, selalu
luangkanlah waktu kita untuk berbagi bersama anak, tau dengan aktifitas anak,
perhatian terhadap anak, bahkan orang tua menjadi tempat berdiskusi terhadap
hal – hal yang dirasakan oleh anak.
Semoga tulisan ini
bermamfaat bagi pembaca, berharap kedepannya generasi muda kita, betul – betul
generasi yang berkualitas, agama, pikiran, yang akan membawa bangsa kita ini
kearah yang lebih baik.
0 comments: