Pesan Untuk Pemimpin
Oleh : Syafri Salmi, S.Pd.I
Masih segar diingatan kita,belum lama ini telah
dilaksanakan pesta demokrasi di negeri ini, pemilihan Kepala daerah, bupati dan wakil
bupati, juga gubernur dan wakil gubernur
yang akan memimpin daerah lima tahun kedepannya.
Semua telah dilalui, walaupun
dalam pelaksanaan kali ini masih ditemui berbagai macam kejanggalan dan
kesalahan. seperti ada permasalahan dalam pendistribusian surat suara, ataupun
juga kerusakan – kerusakan yang ada pada surat suara, akhir – akhir ini juga
dihebohkan dengan pemberitaan perhitungan suara dari hasil pemilu, yang akhirnya
berujung di Mahkamah Konstitusi. Hal ini tentu akan menjadi bahan evaluasi bagi
Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) dimasa yang akan datang.Kita tentu berharap kesalahan
yang sama ini tidak akan terulang kembali dalam pelaksanaan pesta demokrasi selanjutnya.
Rasulullah SAW bersabda : Siapa
yang hari ininya sama dengan hari kemarin, berarti dia termasuk kedalam
golongan orang - orang yang merugi. Kemudian juga siapa yang hari ininya lebih
buruk dari hari kemarin diaitulah termasuk golongan orang - orang yang celaka,
dan siapa yang hari ininya jauh lebih baik dari hari kemarin maka itulah orang
– orang yang beruntung.
Tentu kita berharab, untuk
pelaksanaan pesta demokrasi selanjutanya, tidak akan terulang kembali kesalahan
yang sama. Dan sangat berharap demokrasi dimasa yang akan datang berjalan
dengan tertib, damai, aman dan transparan.
Siapa yang terpilih, sudah
diketahui berdasarkan jumlah perolehan suara yang diraih. Walaupun sebahagian
ada gugatan dari pasangan yang lain terhadap hasil perolehan suara yang
terpilih ini. Ya sudahlah, sekarang kita tidak melihat hal tersebut, diserahkan
saja kepada yang berwenang. Namun dibalik semua ini ada harapan baru, inovasi
baru, demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia kedepannya tentu sangat
dirindukan.
Harapan dari jutaan rakyat Indonesia
ini, insya Allah akan bisa terwujudkan, apabila amanah yang dipercayakan ini benar
– benar dijalankan dengan baik. Memimpin dengan hati, penuh keikhlasan demi
mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman rakyat. Sehingga rasa damai dan tentram
benar – benar bisa dirasakan.
Belajar dari kisah kepemimpinan
terdahulu, bagaimana kepemimpinan fir’aun pada masa nabi musa.Ketika itu memimpin
hanya dengan memperturutkan hawa nafsu semata. kekuasaan yang dipegangnya
dipergunakan untuk mengekang rakyatnya. Rakyatnya mesti tunduk terhadap
peraturan yang telah ditetapkannya, tidak peduli walaupun peraturan yang
dibuatnya itu sangat bertentangan dengan kebenaran dan jauh melencengnya dari
jalan yang benar.Bahkan, ironisnya fir’aun juga memproklamirkan dirinya sebagai
tuhan. Akhirnya Allah SWT benamkan Fir’aun beserta balatentaranya dilaut merah.
Begitu juga kita baca sejarah
qarun, yang berbangga dengan harta kekayaannya, harta yang begitu banyak.Pembawa
kunci gudang hartanya saja adalah onta, disebabkan begitu banyaknya harta qarun
tersebut.Karena tidak pandai bersyukur, hanya bermewah – mewahan dengan
fasilitas dan harta yang dimilikinya, akhirnya Allah SWT juga benamkan qarun
beserta hartanya yang dibanggakannya tersebut kedalam bumi.
Kisah yang juga terjadi pada masa
nabi Daud a.s, karena tergiur dengan harta kekayaan didunia,sehingga lupa
dengan jalan kebenaran yang diserukan Allah SWT, maka Allah datangkan bencana
kepada mereka yaitu Allah SWT rubah wajah mereka menjadi wajah kera dan babi.
Juga kisah yang pernah terjadi pada masa nabi
Isa as,ketika mereka tegiur dengan harta dan kemewahan didunia, ketamakan dan
kerakusannya terhadap harta, akhirnya ditemukan meninggal dengan sia - sia.
Ini membuktikan bahwa
bagaimanapun kuatnya kita dalam berkuasa, bagaimanapun banyaknya harta kalau
tidak dipergunakan dengan jalan yang benar, atau hanya untuk kepentingan dalam
memperturutkan hawa nafsu saja, hak orang lain tidak kita salurkan maka alamat
kehancuran akan datang dari apa yang
kita pimpin. Ini mejadi pelajaran yang sangat berharga dan cermatan bagi kita
semua, terutama bagi pemimpin yang akan menjalankan amanah, yang akan menyalurkan
aspirasi rakyat lima tahun kedepannya.
Memimpin bukanlah suatu alat
untuk kepentingan pribadi, akan tetapi memimpin merupakan bekerja dengan
kesungguhan hati mewujudkan yang terbaik demi ketentraman rakyat yang kita
pimpin.
Kita teladani kepemimpinan khalifah
Abu Bakar Assiddiq, ketika dirinya diberikan kepercayaan untuk memimpin rakyat
setelah wafatnya Rasulullah SAW. Setelah beliau diangkat dan dinobatkan sebagai
khalifah, Abu Bakar kembali pergi kepasar untuk menjalankan aktifitasnya
sebagai pedagang. Sehingga suatu hari Abu Bakar ditegur oleh salah seorang
sahabatnya, kenapa engkau masih menjalankan aktifitasmu berdagang seperti ini ?
bukankah engkau telah diangkat sebagai khalifah yang akan memperjuangkan nasib
rakyat ini ? kalau terus seperti ini bagaimana kamu akan memimpin rakyat ini
wahai Abubakar ?.
Abu Bakar menjawab kalau saya
tidak menjalankan profesi saya berdagang seperti biasanya, bagaimana saya akan
menafkahi keluarga saya, tutur Abu Bakar.
Ini membuktikan bahwa memimpin
itu bukanlah sebuah alat untuk memenuhi keinginan pribadi, atau bukan pula
sebagai alat untuk memperkaya diri dengan bermewah – mewahan. Akan tetapi
memimpin memang benar – benar tulus dari hati, sepenuhnya untuk kepentingan
rakyat.
Sosok pemimpin seperti ini yang
dirindukan oleh rakyat Indonesia, kita akui Negara kita masih jauh tertinggal
oleh Negara lain, tingkat korupsi di Indonesia masih tinggi. Kemudian
kemakmuran yang seharusnya dinikmati seutuhnya oleh rakyat Indonesia masih
belum dirasakan secara merata. Masih banyak rakyat kita yang sangat membutuhkan
uluran tangan dari kita semua, mereka juga berhak untuk merasakan yang namanya
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia ini.
Dengan terpilihnya pemimpin baru,
mudah – mudahan juga memiliki inovasi baru, semangat baru, terobosan baru dalam
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia kedepannya.***
0 comments: