Jalan - Jalan ke Kampung Qur’an Payakumbuh
PAYAKUMBUH — Masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat semenjak dahulu memang dikenal sebagai pemegang Islam yang kuat. Tokoh-tokoh agamawan seperti Buya Hamka, Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lainnya adalah bukti kuatnya Islam di tanah Minang.
Hingga saat ini, nuansa Islami yang sangat kental itu masih tetap terjaga. Seperti salah satu kampung bernama Padang Kaduduk Nagari Koto Nan Gadang, Sumatra Barat. Kampung ini hanya berjarak dua kilometer dari pusat Kota Payakumbuh.
Ketika memasuki kampung ini, terasa kesejukan alam berpadu yang dengan kesejukan nuansa Islam. Poster-poster berupa kata mutiara dan petikan Ayat Alquran dipampang di beberapa sudut Jalan. Di tengah-tengah kampung ini berdiri megah sebuah Masjid Baiturrahim. Konon kabarnya, masjid ini adalah masjid termegah yang pertama berdiri di Kota Payakumbuh.
Sebenarnya, kelurahan ini sudah sejak lama dikenal dengan istilah ‘Kampung Qur’an’. Namun, baru di tahun 2011, secara resmi kampung ini benar-benar dipopulerkan oleh Wali Kota Payakumbuh, Josrizal Zein bersama pemuka agama setempat.
Semenjak itulah, kegiatan keagamaan di Padang Kaduduk tumbuh sangat pesat. Ditambah lagi dengan berdirinya Pesantren Terpadu Insan Cendekia Payakumbuh yang kini sudah memiliki 500-an orang santri. Kehadiran pesantren yang baru empat tahun berdiri ini seakan menyulap kampung tersebut menjadi kampung santri.
Salah seorang penggagas Kampung Qur’an tersebut, H Ahmad Maududi Lc MA mengatakan, visi dan misi Kampung Qur’an tersebut untuk melahirkan generasi yang berpegang teguh dengan Alquran. Harapannya, masyarakat setempat tidak hanya menjadikan Alquran sebagai bacaan semata, tapi nilai-nilai dan ajarannya bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapainya, program Kampung Qur’an diawali dengan membebaskan seluruh warga setempat dari buta aksara huruf Alquran. Semuanya diharuskan untuk bisa membaca Alquran. Selanjutnya, diharapkan akan tumbuh kecintaan kepada Alquran. “Semuanya diawali dengan menumbuhkan kecintaan kepada Alquran,” tuturnya kepada ROL, Sabtu (19/4).
Program satu mushaf
Tokoh masyarakat Padang Kaduduk, Drs Devrizal menambahkan, setiap warga di Padang Kaduduk harus memiliki mushaf Alquran. Programnya, satu mushaf untuk satu orang.
Untuk menunjang ketersediaan mushaf, salah satunya dengan membebankan kepada setiap calon pengantin yang akan menikah untuk mewaqafkan dua buah mushaf Alquran. “Mushaf ini yang kemudian dibagikan ke tiap-tiap rumah warga,” tutur Devrizal.
Saat ini, bisa dikatakan tidak ada lagi warga yang tidak bisa membaca Alquran. Program Kampung Qur’an sudah beranjak ke tahap berikutnya, yaitu memaknai isi dan kandungan Alquran. “Tinggal kita sekarang menggalakkan, bagaimana hendaknya sesuai antara kandungan Alquran itu dengan perilaku masyarakat. Terutama cara berpakaian dan pergaulan bagi generasi muda,” tutur Devrizal.
0 comments: