Sabar Dalam Musibah
Tak terperi kesedihan yang merundung hati Ummu Salamah. Sang Suami, Abu Salamah baru saja meninggal di pangkuannya. Abu Salamah menderita luka-luka hebat selepas kepulangannya dari Perang Uhud. Ia harus menjanda dan membesarkan anak-anaknya yang kini telah yatim.
Rasulullah SAW pun datang bertakziyah
agar meredakan lara di hati Ummu Salamah. Rasulullah SAW berpesan, agar Ummu
Salamah bisa tabah dan tegar dalam menghadapi musibah. "Siapa yang ditimpa
suatu musibah, maka ucapkanlah sebagaimana yang telah dperintahkan oleh Allah,
'inna lillahi wa inna ilaihi raji'un' (sesungguhnya kita milik Allah, dan
kepada-Nyalah kita akan dikembalikan)," sabda Rasulullah SAW.
Rasulullah pun menasehatinya. Orang
bersabar dan ikhlas ketika ditimpa suatu kehilangan, maka Allah SAW akan
memberikan ganti yang lebih baik dari itu. Rasulullah SAW pun sempat mendoakan
Ummu Salamah, "Ya Allah, berilah ketabahan atas kesedihannya, hiburlah dia
dari musibah yang menimpanya dan berilah pengganti yang lebih baik
untuknya."
Benar saja, setelah Ummu Salamah
menyelesaikan iddahnya dan menjanda, ia mendapatkan ganti yang lebih baik atas
kehilangan suaminya. Rasulullah SAW sendiri yang ternyata datang melamarnya.
Ummu Salamah dinikahi Rasulullah SAW di Bulan Syawal. Siapakah figur suami yang
lebih baik dari Rasulullah SAW?
Demikianlah hakikat orang yang tabah dan
sabar ketika ditimpa suatu musibah. Seseorang harus meyakini dan menyadari,
segala sesuatu yang dimilikinya di dunia ini pada hakikatnya adalah milik
Allah. Manusia hanya 'dipinjamkan' dan diberi amanah untuk memelihara dan
merawatnya. Manusia diperbolehkan memanfaatkannya dalam rangka ketaatan kepada
Allah SWT. Suatu saat nanti, barang pinjaman tersebut akan diambil oleh Sang
Empu. Dialah Allah SWT.
Tak ada alasan untuk berduka kerena
kehilangan suatu barang yang sejatinya bukanlah miliknya. Tak ada pula alasan
berbangga karena dititipkan Allah SWT harta benda. Lihatlah tukang parkir,
kendati mobil dan motornya banyak terparkir di halamannya, ia tak pernah
sombong. Ketika orang yang punya mobil dan motor mengambil titipannya, ia tak
pernah bersedih. Karena ia yakin, mobil dan motor tersebut bukanlah miliknya.
Ketika Allah mengambil apa yang telah ia
titipkan kepada manusia, tak ada alasan bagi manusia untuk bersedih. Malah,
sepatutnya ia bersyukur, karena telah lunas amanahnya dalam memelihara titipan
Allah dan semakin sedikit hisabnya di akhirat kelak.
Bagi Ummu Salamah, sungguh berat baginya
atas kepergian sang suami tercinta. Siapa yang tak akan berduka, dikala orang
yang disayangi telah pergi untuk selamanya. Namun, itulah dunia. Ada pertemuan
tentu ada pula perpisahan.
Allah berjanji, siapa hambanya yang
bersyukur dengan suatu nikmat, maka nikmat tersebut akan ditambah (QS Ibrahim
[14] :7). Demikian pula, siapa yang bersabar akan kehilangan sesuatu, maka
Allah ganti dengan yang lebih baik.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah
seorang hamba tertimpa musibah lalu dia mengucapkan, ‘Inna Lillahi wa Inna
Ilaihi Raji’un’ lalu berdo’a, ‘Ya Allah Berilah aku pahala dalam musibahku ini,
dan berilah ganti yang lebih baik darinya,’ melainkan Allah benar-benar
memberikan pahala dan memberinya ganti yang lebih baik darinya." (HR
Muslim).
Jadi, sebesar apapun musibah berupa
kehilangan harta benda atau orang yang dicinta, yakinlah dengan sabar dan
ikhlas pasti akan diberikan pahala dari Allah SWT. Kemudian, Allah berjanji
untuk memberikan ganti yang lebih baik dari itu, jika orang yang ditimpa
musibah benar-benar sabar dan ikhlas kepada Allah.
Inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah
SAW. Tidak ada kerugian bagi orang beriman, dalam kondisi apapun ia berada.
"Sungguh ajaib urusan orang beriman itu, apapun yang datang kepadanya,
semuanya berujung kebaikan. Jika ia diberikan kenikmatan ia bersyukur, itu baik
baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan ia bersabar, maka itu baik
baginya," jelas Rasulullah SAW dalam sabdanya. (HR Muslim).
0 comments: